Ma’rifat Dalam Asmaul Husna
Berapa kali dalam
sehari kita mengingat Allah? Ibadah shalat lima waktu mungkin jadi bilangan
minimal dari kita untuk mengingat-Nya. Dapatkah kita mengenal Tuhan jika kita hanya
‘mengundang’ hadirnya Tuhan dalam waktu-waktu yang kita diwajibkan bertemu
denganNya. Atau hanya saat kita memiliki keinginan tertentu, juga ketika kita
tengah berduka? Ketidakmengenalan kita pada Tuhan adalah persoalan yang paling
mendasar dalam hidup. Bagaimana mungkin kita sebagai yang diciptakan tidak
berusaha mengenal-Nya. Ketidakmengenalan itu di lain pihak juga membuat kita
tidak mengenal diri kita sendiri sebagai makhluk.
Ketidak mengenalan kita
sebagai makhluk seringkali membuat kita merasa mampu melakukan apapun atas
dasar upaya kita sendiri atau disaat lain merasa hilang harapan ketika didera
masalah, seakan tidak ada lagi tempat bergantung.
Ketidak mengenalan itu membuat kita
menyandarkan diri pada makhluk.
Upaya mengenal Allah, dapat diawali dengan mengenal Asmaul Husna. Yaitu, nama-nama Allah yang Allah perkenalkan sebagai sifat-sifat Beliau. Meski dengan segala kesantunannya, Quraish Shihab menjelaskan bahwa buku yang ia rangkumkan tentang Asmaul Husna adalah hanya sebuah pemahaman terbatas seorang mahluk, buku karyanya yang terbagi dalam 4 buah buku ini merupakan referensi yang patut dibaca untuk kemudian direnungkan dalam perjalananan kehidupan.
Upaya mengenal Allah, dapat diawali dengan mengenal Asmaul Husna. Yaitu, nama-nama Allah yang Allah perkenalkan sebagai sifat-sifat Beliau. Meski dengan segala kesantunannya, Quraish Shihab menjelaskan bahwa buku yang ia rangkumkan tentang Asmaul Husna adalah hanya sebuah pemahaman terbatas seorang mahluk, buku karyanya yang terbagi dalam 4 buah buku ini merupakan referensi yang patut dibaca untuk kemudian direnungkan dalam perjalananan kehidupan.
Nama-nama
Allah itu berdiri sendiri tidak ada penamaan kecuali segala hal yang telah
Allah tetapkan. Setiap perbuataan merupakan ketetapan yang didalamnya terdapat
pujiaan dan kesempurnaan. Namun, itu bukan berarti bahwa seluruh sifat manusia
merupakan pencerminaan dari diri-Nya.
Seperti dalam firman Allah yang
berbunyi :
“Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki,
kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkanmu (kembali)…” (ar rum : 40)
Allah
menamakan diri-Nya dengan Al khaliq (pencipta), Ar raaziq (pemberi rezeki), Al
muhyi (yang menghidupkan), Al mumit (yang mematikan), dan al mudabbir
(pengatur). Sifat-sifat itu merupakan Af’al yang mutlak untuk Allah.
Allah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hambanya melalui
nama dan sifat Allah yang agung. Maka mengagungkan nama itu yaitu dengan
menghapal semua nama Allah. Seperti yang diriwayatkan oleh Al bukhari dan
muslim dari abi hurairoh. Yang berbunyi :
“bersabdalah rosulullah SAW : Allah
mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang satu, tidak dihapalnya
oleh seseorang melainkan orang yang menghapalnya itu masuk kedalam surga. Dan
Allah adalah ganjil (tunggal). Dia menyukai yang ganjil”.
Makna hadis di atas adalah orang akan masuk surga yang
menghapal, berdoa dan memuji Allah melalui Asmaul husna itu. Dengan begitu :
1. Melalui nama Ar rahman dan
Al karim. Seorang hamba patut menjadikan sifat itu sebagai teladan.
2. Al ghapur, Asy Syakur, Al
afwu, Al jawadul karim dan Al halim. Dengan janji-janji itu seorang hamba patut
berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkannya.
3. Aziz, Dzun tiqam, Syadid,
Ul iqab, dan Sariul hisab. Setiap hamba hendaknya merasa takut dan cemas.
4. Quduss, As salam, Al
khabir, Al mutaal. Setiap hamba hendaknya meyakini bahwa hanya Allah lah
penguasa yang tertinggi, dan sebagai pemberi syafaat yang hanya dapat diberikan
oleh izin-Nya.
5. Tentang sifat
kemahatinggian , keunggulan, dan keistimewaan Allah wajib diyakini oleh semua
hambanya.
Tiap-tiap nama Allah adalan nama yang mempunyai
keutamaan, yang menghasilkan pahala bagi semua umat yang meyakini, menyebut,
dan mengaplikasinya dalam setiap kehidupan sehari-hari. Dan apabila dibacakan
nama-nama itu dengan penuh kesadaran maka sucilah jiwa si pembacanya. Dan
istimewa apabila disebutkan dengan hati yang khusu dan memahami maknanya.
Selain itu ada juga pengingkaran terhadap tauhid Asma.
Pengingkaran terhadap tauhid Asma dan sifat Allah ada 3 macam yaitu :
1. Ingkar seperti kaum
musyrikin yang berlaku aniyaya terhadap nama Allah SWT dengan menamai
patung-patung mereka serta menambah dan mengurangi Asmaul husna . sehingga
munculah :
1) Nama laata yang diambil dari ilah
2) Nama Uzza yang diambil dari Al azi
3) Nama Manata yang diambil dari Al
manan
2.
Ingkar dengan men-tasybih (menyerupakan Allah dengan makhlik-Nya).
Sifat-sifat Allah divisualisasikan
dan diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Keingkaran ini mengimbangi
ingkarnya kaum musrikin yang sama-sama menganggap Allah itu sejajar dan setara
dengan kedudukan , sifat, dan fisik makhluk-Nya.
3.
Ingkar dengan menolak dan meniadakan beberapa sifat Allah.
Ingkar ini terbagi 2 golongan yaitu
:
1.
Golongan yang mengatakan :
·
Rahman Rahim tanpa adanya rahmat
·
Aliimun tanpa
disertai ilmu
·
Sami’un tanpa adanya sam’un (pendengaran)
·
Bashirun tanpa adanya
Basharun (penglihatan)
·
Qadiirun tanpa adanya qudrat
2.
Golongan yang tegas-tegas menolak dan mengatakan tidak ada nama dan sifat
Allah.
Merealisasikan pengesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga
tidak menggantungkan harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada selain
Allah, dan tidak menyembah kepada selain-Nya.
Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah serta
mengagungkan-Nya sesuai dgn nama-nama-Nya yg indah dan sifat-sifat-Nya yg Maha
Tinggi.
Merealisasikan ibadah kepada Allah dgn cara mengerjakan apa
yg diperintahkan serta menjauhi apa yg dilarang-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar